Susah Senang Mengasuh Bocah Kembar (Bagian I)
![]() |
Azam dan Amzi |
Sebelum menikah, istri saya pernah berkata kepada ibunya bahwa enak ya jika nanti diberi anak kembar. Repotnya sekalian. Itu hanya basa-basi dan obrolan ringan. Beberapa bulan setelah menikah istri memberi tahu saya bahwa ia positif hamil. Sungguh betapa senangnya kami waktu itu. Untuk lebih meyakinkan, saya ajak istri ke dokter kandungan. Waktu itu usia kehamilan masih empat minggu. Coba-coba USG di salah satu rumah sakit di Surabaya. Dokter dan kami sangat kaget melihat layar USG. Ternyata ada dua kantung janin. Dokter memberi selamat dan memberi tahu bahwa kami akan dianugerahi bayi kembar. "Ah, masak iya. Keluargaku tidak ada riwayat keturunan kembar", batinku. Apalagi istri, dia juga tidak ada keturunan kembar.
"Selamat ya, Bapak akan dianugerahi bayi kembar", kata dokter. "Tapi, sebulan lagi kembali USG ya, kita lihat apakah kedua janin berkembang", tambah dokter. Singkat cerita kami pulang dengan perasaan yang campur aduk. Bagaimana bisa kami yang tidak ada keturunan kembar akan mempunyai bayi kembar. Mulailah saya dan istri mencari-cari riwayat keluarga dan sanak famili. Setelah menelusuri riwayat keluarga, dipastikan bahwa tidak ada satu pun keluarga saya dan istri yang mempunyai gen kembar. Satu teka-teki pun terjawab. Bahwa ini adalah anugerah dan amanah untuk kami. Satu hal lagi yang membuat kami was-was adalah perkataan dokter yang akan melakukan USG lagi untuk melihat perkembangan janin, apakah berkembang dua-duanya atau tidak. empat minggu terasa lama dan dipenuhi rasa was-was.
Empat minggu kami lewati dengan perasaan senang dan cemas. Tidak sabar menyapa buah hati kami melalui layar USG. Akhirnya penantian itu berakhir. Kami datang lagi ke rumah sakit. USG kali ini benar-benar membuat saya dan istri sangat tegang. Namun ketegangan itu langsung sirna ketika dokter menunjukkan di layar USG bahwa janin di rahim istri berkembang dua-duanya. Rasa syukur yang amat besar kepada Tuhan. Air mata kami tak terasa sudah membasahi pipi. Itu sekelumit cerita awal-awal kami tahu bahwa kami akan dianugerahi bayi kembar. Kini kedua janin itu sudah tumbuh besar. Usia mereka hampir tiga tahun. Tentunya banyak suka duka mengasuh bayi kembar. Saya dan istri memutuskan untuk mengasuhnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Banyak sekali cerita sedih dan senang mengiringi perkembangan bayi kembar kami. Lain kali akan saya ceritakan di sini.
0 Komentar